Salah satu tempat wisata di Jogja yang sarat akan kerajinan adalah Desa Wisata Kasongan. Desa ini awalnya terkenal akan kerajinan dari gerabahnya, namun lambat laun banyak kerajinan tangan berbahan dasar lain dihasilkan di sini.
Kasongan memang sentra industri kerajinan. Dari gerbang gapura depan desa ini sudah berjajar bermacam toko kerajinan. Aneka kerajinan berbahan dasar dari garabah, batu, kayu, bambu, rotan dan besi banyak menghiasi etalase toko.
Keterampilan membuat kerajinan ini didapatkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Para pengrajin gerabah ini dulu dikenal dengan nama “kundi”, karena mereka banyak menghasilkan aneka bentuk kendi, kuali atau peralata dapur lainnya yang berbahan dasar tanah. Kali ini kami dari Visit My Jogja akan mencoba mengulas tentang Desa Wisata Kasongan ini.
Selamat membaca…
Awal Sejarah Desa Wisata Kasongan
Seperti yang diketahui dari berita acara laporan pathok negari, atau dikenal dengan surat perintah keraton, Kasongan diyakini sudah ada sejak tahun 1825 sebagai suatu wilayah daerah perdikan, yaitu daerah yang tidak terkena pajak keraton.
Dalam laporan tersebut, keraton memutuskan untuk membuat dan mengadakan pengajian di beberapa daerah di Yogyakarta, antara lain Dongkelan, Ploso Kuningan dan Kasongan.
Wilayah Kasongan memiliki tiga pedukuhan, yaitu Kajen, Sentanan dan Tirto. Dari ketiga pedukuhan ini, Pedukuhan Kajenlah sebagai sentral dari pondok pesantren. Banyak ulama dan santri berkumpul di sini.
Wilayah Kasongan dulunya adalah daerah pertanian yang subur. Tapi sejak peristiwa kematian seekor kuda milik reserse Belanda di atas tanah persawahan mereka, membuat petani di sini tidak lagi berani menggarap lahannya. Mereka melepas hak atas tanahnya karena takut dijatuhi hukuman yang berat. Sejak saat itu wilayah Kasongan berubah menjadi daerah yang tandus dan kering.
Adalah Kyai Abdulrauff, ulama agung Pondok Pesantren Kasongan yang terkenal di sini, guru ngaji sekaligus prajurit Pangeran Diponegoro, merubah Kasongan yang tandus menjadi daerah para kundhi, pengrajin benda pecah belah dari bahan tanah liat.
Benda-benda hasil kerajinan dari tanah liat itu disebut dengan gerabah.
Peristiwa terbunuhnya pimpinan pondok pesantren Kasongan, Kyai Abdulraup dan Syeh Abdulatip membuat penduduk setempat dan para santri terpukul. Sejak peristiwa itu pondok pesantren Kasongan mengalami kemunduran dan penduduknya hanya berkegiatan sebagai pengrajin gerabah saja sampai dengan saat ini.
Sebelum tahun 1946, Kasongan merupakan kelurahan tersendiri yang terdiri dari beberapa pedukuhan, antara lain Kalipucang, Tirto, Sembungan dan Kajen. Namun dalam perkembangan sejarah, Kasongan turun pangkat menjadi kampung, berada di bawah Pedukuhan Kajen masuk dalam teritori Kelurahan Bangunjiwo.
Setelah mengalami perkembangan yang dinamis dan signifikan, sejak tahun 1977 Kelurahan Bangunjiwo memiliki 19 dusun, lima diantaranya merupakan sentra industri keramik dan gerabah. Dusun yang menjadi sentra industri keramik dan gerabah adalah Dusun Kajen, Dusun Tirto, Dusun Gedongan, Dusun Sembungan dan Dusun Kalipucang.
Adapun dikenalnya produk gerabah dari tempat ini tidak luput dari tangan dingin seorang budayawan Jogja yang peduli akan seni dan sosial. Sentuhan secara artistik dari setiap produk yang dihasilkan dimulai sejak budayawan Sapto Hudoyo ikut campur tangan untuk mengangkat pamor Desa Wisata Kasongan ke kancah internasional.
Seiring dengan perkembangan jaman dan permintaan pasar, produk-produk yang dihasilkan oleh pengrajin di sini berkembang dengan memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitar mereka.
Produk Desa Wisata Kasongan
Pembinaan yang diberikan kepada para pengrajin di Desa Wisata Kasongan sejak tahun 1971 benar-benar memperkaya desain yang dihasilkan. Sentuhan ini memberi nilai tambah baik dari sisi artistik maupun komersil.
Berbagai macam karya seni dihasilkan oleh pengrajin-pengrajin di desa ini. Bahan yang digunakan tidak melulu dari gerabah. Penggunaan produk berbahan dasar dari kayu, batu, besi, bambu atau rotan juga sudah digunakan untuk menambah macam variasi jenis kerajinan. Beberapa limbah pun dapat diracik dengan cantik menjadi sebuah karya seni.
Produk Gerabah
Gerabah atau tembikar adalah cikal-bakal dari lahirnya Desa Wisata Kasongan. Awalnya gerabah hanya di dominasi dengan produk peralatan rumah tangga seperti kendi, kuali atau anglo. Namun saat ini macam variasi kerajinan berbahan dasar tanah liat ini banyak dibuat seperti guci, pot, wastafel, gelas, piring, asbak, meja dan kursi.
Pembuatan setiap bentuk kerajinan dari tanah liat ini ternyata membutuhkan beberapa tahap proses dan perlakukan. Tapi secara umum tahapannya adalah :
- Pemilihan jenis tanah,
- Pembentukan produk,
- Pembakaran produk, dan
- Finishing.
Pemilihan Jenis Tanah
Setelah tim Visit My Jogja mencoba memahaminya lebih dalam, ternyata tidak semua tanah dapat dibentuk menjadi kerajinan gerabah. Tanah yang dapat dibentuk hanya jenis tanah liat atau lempung.
Tanah liat atau lempung ini pun masih dibagi lagi menjadi dua kategori, tanah liat untuk jenis produk masak-memasak dan untuk jenis umum.
Jenis tanah liat yang digunakan untuk membuat aneka kerajinan rumah tangga seperti kendi, kuali, teko, adalah jenis tanah liat yang bahan dasarnya selain kuat terhadap panas juga tidak bocor atau rembes terhadap air.
Sedangkan tanah liat yang digunakan bukan untuk keperluan masak-memasak dengan produk seperti guci, pot, asbak, meja dan kursi tidak wajib memenuhi kriteria tahan panas dan rembes air.
Pembentukan Produk
Setelah menentukan jenis produk dan jenis tanah liatnya, maka proses selanjutnya adalah pembentukan produk.
Ada dua cara dalam pembentukan produk, yaitu dengan diputar dan dicetak. Hasil produk dari dua cara pembentukan inipun memiliki nilai komersil yang berbeda, dimana hasil yang diputar lebih tinggi nilai komersilnya dari pada produk cetakan.
Membentuk gerabah dengan cara diputar wajar memiliki nilai komersil lebih tinggi karena diperlukan skil tersendiri dari pada produk hasil cetakan.
Membentuk gerabah dengan cara diputar membutuhkan ketelatenan, ketekunan dan kesabaran. Caranya membentuk produk ini adalah dengan menaruh tanah liat pada alat putar yang digerakkan dengan kaki. Sambil diputar perlahan-lahan tanah liat itu dibentuk menjadi produk yang diinginkan, seperti guci, kendi, kuali dan pot.
Sedangkan produk-produk yang dibentuk dengan cetakan hanya tinggal memasukkan tanah liat tersebut kedalam wadah cetakan dari bentukan yang diinginkan. Dari sini terlihat perbedaan dan tingkat kesulitannya. Jadi wajar jika produk yang dihasilkan dengan diputar memiliki nilai komersil lebih tinggi.
Pembakaran Produk
Setelah semua tanah liat selesai dibentuk, baik melalui proses diputar maupun dicetak, maka tahapan selanjutnya adalah dengan membakar tembikar tersebut. Tetapi sebelum dibakar, semua gerabah dijemur dulu sampai dengan betul-betul kering.
Proses pembakaran ini dilakukan dengan tujuan agar produk matang dan solid, yang artinya jika terkena air tidak akan hancur. Tetapi perlu diingat, karena gerabah adalah produk dengan bahan dasar tanah liat, maka semua produknya termasuk ke dalam kategori barang pecah-belah, dimana jika jatuh atau dipukul pasti akan pecah dan rusak.
Pembakaran sendiri membutuhkan waktu sekitar 10-12 jam sampai matang. Cara membakarnya pun tidak bisa langsung dengan api besar, tapi dengan bertahap. Tahapan awal seperti hanya mengasapi saja, berlangsung sekitar 2-3 jam. Kemudian dengan api sedang yang berlangsung sekitar 3-4 jam. Dan terakhir dengan api besar sampai tembikar matang.
Pembakaran tembikar dilakuan di dalam tungku tradisional yang dibuat dari batu-bata. Setiap tembikar disusun rapi di dalam tungku. Metode pengaturan dan penempatan tembikar di dalam tungku juga sangat berpengaruh akan kematangan produk. Jika susunannya terlalu rapat bisa mengakibatkan ada yang tidak matang, dan jika terlalu jarang dapat membuat pecah produk karena terlalu panas.
Selain cara penyusunan yang berpengaruh akan tingkat kematangan tembikar, ternyata bahan dasar kayu bakar dan teknik pembakarannya pun juga ikut perperan besar dalam menghasilkan gerabah yang matang dan bagus. Beberapa cacat produk kadang terjadi selama masa pembakaran seperti kurang matang atau pecah.
Setelah selesai proses pembakaran, maka gerabah melalui proses pendinginan selama kurang lebih 6 jam. Dari sini dapat dihitung kira-kira proses pembakaran sampai dengan tembikar dapat dibongkar dari oven membutuhkan waktu 18 jam.
Finishing
Setelah selesai proses pendinginan, setiap tembikar dibongkar dan diangkut dari dalam oven untuk dikirim ke pengrajin khusus finishing produk.
Untuk finishingnya tergantung pemesanan, ada yang dengan dicat, ditempel potongan porselen, ditempel potongan kaca, ditempel kulit telur atau memilih yang lebih alami dengan adanya tempelan lumut dipermukaan tembikar.
Produk-produk yang membutuhkan sentuhan finishing seperti di atas, biasanya gerabah yang dalam pembuatannya dengan diputar (bukan dengan dicetak), seperti guci, pot besar atau gentong.
Semakin aneh dan susah tingkat kesulitan finishingnya, maka otomatis harga jualnya akan semakin tinggi. Model yang seperti ini lebih banyak pesanan untuk eksport.
Macam Produk Kerajinan dari Grabah di Desa Wisata Kasongan
Jenis produk yang bisa sobat jogjalover temui dengan bahan dasar dari gerabah di sini adalah :
- guci baik ukuran kecil sampai dengan besar,
- pot bunga, juga dengan ukuran kecil sampai dengan besar,
- bak mandi,
- wastafel,
- asbak,
- celengan,
- meja-kursi,
- dan lain-lain.
Produk dari Kayu
Kerajinan kayu adalah hasil dari keterampilan tangan manusia dengan bahan dasar kayu yang menghasilkan sebuah karya seni.
Produk yang bisa dihasilkan dari kayu bisa beraneka macam, dari yang berukuran besar dan berat seperti aneka furniture, sampai dengan yang kecil-kecil dan ringan seperti asbak atau jam tangan.
Untuk menghasilkan karya seni yang memiliki nilai komersil seperti contoh di atas, selain dari kemampuan ketrampilan pengrajin, hal yang menjadi sangat dasar adalah pemilihan jenis kayu. Adapun kriteria umum kayu agar dapat diolah menjadi karya seni adalah :
- Kering dan kuat
- Tahan dari rayap dan jamur
Setelah pemotongan, pada umumnya kayu masih memiliki kadar air yang tinggi. Hal ini dapat berakibat tumbuhnya jamur dan rayap yang dapat merusak tekstur kayu sehingga mudah rapuh.
Biasanya setelah pemotongan kayu akan dijemur dengan bantuan sinar matahari untuk mengurangi kadar air yang dikandungnya. Dan sebelum dibentuk menjadi sebuah produk karya seni, kayu-kayu tersebut akan melalui tahap pengovenan untuk mencapai kadar kering maksimal, yang membuat jamur dan rayap tidak dapat tumbuh.
Proses penyemprotan atau perendaman dengan fungisida atau disinfektan juga kerap dilakukan untuk beberapa jenis kayu agar menghasilkan ketahanan jangka panjang yang maksimal.
Adapun jenis-jenis kayu yang biasa dimanfaatkan untuk menghasilkan kerajinan bernilai komersil adalah :
- Kayu Jati,
- Kayu Sonokeling,
- Kayu Akasia,
- Kayu Mahoni, dan
- Kayu Trembesi
Kayu Jati
Untuk urusan kayu, jenis kayu jati adalah rajanya kayu. Setiap produk olahan berbahan dasar kayu jati pasti bernilai komersil tinggi. Hal ini disebabkan karena kayu jati memiliki tekstur dan serat yang indah, sehingga setiap hasil olahannya pasti terlihat cantik dan elegan.
Sebagai raja dari kayu, jati terkenal sangat awet, kuat, tahan cuaca, jamur dan rayap. Hal ini berkat kandungan minyak yang ada didalamnya. Bukan hanya itu, walau terkenal kuat, jati tetap mudah untuk dipotong, diproses dan dibentuk. Maka tidak heran jika setiap produk dengan bahan dasar kayu jati menjadi primadona dalam hal eksport.
Pohon kayu jati paling banyak tumbuh di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua daerah ini menjadi habitat paling ideal untuk kayu jati karena pengaruh dari iklim muson.
Kayu Sonokeling
Jenis kayu ini juga mirip dengan sifat kayu jati, awet dan kuat. Saat belum populer, kayu sonokeling memiliki nilai jual jauh di bawah kayu jati. Serat dan tekstur kayu sonokeling juga indah seperti kayu jati. Yang unik adalah warna alami kayu ini yang hitam keunguan, sehingga membuat setiap produk hasil olahannya pun terlihat mewah dan elegan.
Satu-satunya kekurangan dari kayu sonokeling adalah bagian gubal (pinggir) nya, dimana bagian ini rentan diserang rayap atau hama perusak lainnya. Untuk memaksimal penggunaannya, biasanya para pengrajin akan membuang bagian gubal ini, dengan konsekwensi akan menaikkan tingkat kesulitan dalam setiap pengolahannya.
Kayu Akasia
Secara penampilan kayu akasia mirip saudaranya di atas (kayu jati dan kayu sonokeling), memiliki warna serat coklat, dengan tekstur yang baik dan menarik sehingga cukup mudah dalam pengolahan. Bedanya, tekstur pada kayu akasia sedikit lebih kasar dibanding dengan jati atau sonokeling.
Kelemahan dari kayu akasia adalah kurang awet karena rentan terkena rayap dan jamur, memiliki volume yang lebih berat dan aroma agak pesing. Jadi untuk mengolah dari kayu akasia dibutuhkan treatment yang tersendiri.
Kayu Mahoni
Jika ingin membuat produk olahan dari kayu yang teksturnya mirip jati tapi harganya lebih murah, kebanyakan pengrajin akan memilih kayu mahoni sebagai bahan dasarnya. Mahoni adalah kayu terbaik kedua, atau second grade setelah kayu jati.
Teksturnya yang baik dan seratnya yang halus menjadikan kayu mahoni mudah untuk dipotong dan diolah menjadi berbagai macam kerajinan kayu. Kekuatan dan keawetan kayu ini juga terbilang bagus walau kalah dengan ketiga kayu di atas.
Kelemahan dari kayu mahoni adalah tidak tahan terhadap cuaca, sehingga mudah terserang jamur atau dimakan rayap. Sehingga pastikan jika sobat jogjalover membeli kerajinan dari kayu yang nantinya akan diletakkan diluar ruangan wajib untuk menanyakan bahan dasar kayunya terbuat dari kayu apa.
Pohon mahoni tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang panas. Di Indonesia jenis tanaman ini banyak dijumpai di Pulau Jawa yang habitatnya sangat cocok untuk tumbuh. Jenis pohon mahoni yang tua, dengan batang coklat kemerahan yang terbaik digunakan sebagai bahan olahan untuk kerajinan kayu.
Kayu Trembesi
Pohon trembesi adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah beriklim tropis. Tidak jarang hampir di semua wilayah di Indonesia dengan mudah dijumpai jenis tanaman ini.
Berbeda dengan empat jenis kayu di atas, karena kecepatan tumbuhnya, tanaman trembesi sering digunakan untuk jenis-jenis kerajinan yang cepat untuk diproduksi dan cepat dijual tanpa perlu sentuhan artistik berlebih.
Hanya kelemahan utama dari jenis kayu ini adalah keawetan dan kekuatannya, yang sangat jauh jika dibanding dengan keempat saudaranya di atas.
Macam Produk Kerajinan dari Kayu di Desa Wisata Kasongan
Untuk kerajinan berbahan dasar kayu yang bisa banyak sobat jogjalover temui di sini antara lain :
- meja dan kursi,
- lemari,
- rak hiasan,
- tempat cermin,
- lampu hias,
- dan lain-lain
Produk dari Bambu
Para pengrajin di Desa Wisata Kasongan juga sudah mulai membuat beberapa kerajinan dengan bahan dasar bambu. Hanya menurut informasi yang tim Visit My Jogja dapatkan, tidak semua bambu dapat digunakan karena sifat-sifat alaminya. Tapi dengan ketrampilan, kejeniusan dan ketekunan, paduan dari setiap jenis bahan bambu dapat menghasilkan kerajinan yang unik dan bernilai komersil baik.
Agar produk kerajinan dari bambu mendapatkan hasil yang maksimal dan tahan lama, maka kita harus mengetahui jenis bambu mana yang baik dan bisa dijadikan sebagai hasil kerajinan tangan. Ada setidaknya delapan jenis bambu yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kerajinan tangan, mereka antara lain :
- Bambu Apus
- Bambu Haur Kuning
- Bambu Haur Geulis
- Bambu Hitam
- Bambu Tamiang
- Bambu Baregbeg
- Bambu Gombong
- Bambu Tutul
Bambu Apus
Jenis bambu ini juga dikenal dengan nama bambu tali karena berfungsi untuk membuat anyaman, memiliki sifat batang yang lentur, kuat dan lurus.
Bambu Haur Kuning
Biasa digunakan sebagai tanaman hias di pekarangan rumah atau tempat usaha, dan konon memiliki kemampuan menangkal pengaruh jahat.
Bambu Haur Geulis
Dari namanya yang “geulis” memiliki arti cantik, jenis bambu ini memiliki struktur yang bagus dan rapi, biasa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan seperti joran pancing, tongkat pramuka, galah atau tangga.
Bambu Hitam
Dikenal dengan nama lain bambu wulung. Bambu jenis ini memiliki struktur yang sangat baik untuk dibuat sebagai alat musik seperti calung, suling atau angklung karena memiliki ruang yang beresonansi baik.
Bambu Tamiang
Bambu ini biasa tumbuh liar di pinggir aliran sungai. Karena kelenturan dan kekuatannya, jenis bambu ini sering digunakan sebagai alat pikul atau dibuat sebagai saung di pingggir sawah.
Bambu Baregbeg
Jenis bambu baregbeg hampir sama dengan bambu tamiang, ukurannya panjang hanya diameternya saja yang lebih kecil, tumbuh subur di pinggiran aliran sungai.
Bambu Gombong
Kuat, tahan air dan tidak mudah lapuk adalah sifat dari jenis bambu gombong. Bambu ini sering dibuat sebagai bahan konstruksi bangunan atau dibuat sebagai keramba ikan di sungai.
Bambu Tutul
Karena memiliki ciri khas bercak coklat pada permukaannya, bambu tutul sering dibuat untuk furniture seperti meja, kursi dan lemari.
Macam Produk Kerajinan dari Bambu di Desa Wisata Kasongan
Kerajinan dengan bahan dasar dari bambu yang bisa sobat jogjlover jumpai di sini antara lain :
- asbak,
- gelas
- alat-alat dapur
- alat-alat makan
- meja-kursi
- jam tangan/dinding,
- alat musik,
- dan lain-lain
Produk dari Rotan
Sejak pemerintah daerah ikut berpartisipasi dalam memberikan dan meningkatkan kemampuan pada para pengrajin di Desa Wisata Kasongan ini, produk kerajinan dengan bahan dasar dari rotan pun mulai digiatkan.
Kehebatan rotan bukan hanya terletak dari sifat-sifatnya yang lentur, kuat dan mudah dibentuk, melainkan karena material ini sangat mudah di dapat dan tumbuh subur di wilayah beriklim tropis seperti di Indonesia.
Selain dari itu dengan sentuhan dari tangan dingin para pengrajin, hasil karya yang dibuatpun dapat menampilkan estetika ala tropis yang eksotik dan menggoda.
Di Indonesia berdasar data yang di dapat dari ahli taksonomi, setidaknya ada 306 jenis spesies rotan yang sudah teridentifikasi dan terbagi ke dalam delapan marga. Dari jumlah tersebut, kira-kira hanya 50 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk dipungut, dipakai, diolah dan diperdagangkan.
Dua marga yang menjadi favorit dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah rotan dari marga calamus dan daemonorops.
Rotan Calamus
Jenis rotan ini memiliki nama dagang rotan manau, tergolong dalam rotan berdiameter besar, dapat mencapai >18mm, bahkan sering dijumpai dengan diameter sampai dengan 32mm.
Rotan manau memiliki warna kekuningan, tumbuh tunggal, memanjat dan dapat mencapai panjang sampai dengan 100m. Jenis rotan ini sangat baik digunakan sebagai bahan baku kerangka mebel.
Rotan Daemonorops
Merupakan rotan yang tumbuh secara berumpun, memiliki tinggi batang sampai dengan 40m termasuk rotan golongan kecil karena memiliki diameter <18mm. Nama lain rotan ini adalah rotan getah.
Proses pembuatan kerajinan dengan bahan dasar rotan menjadi barang jadi sangat tergantung dari kreasi, imajinasi dan ketrampilan pembuatnya. Desain dan bentuk yang unik, kreatif dan tepat guna akan memiliki nilai komersil yang lebih tinggi dan diminati banyak orang.
Macam Produk Kerajinan dari Rotan di Desa Wisata Kasongan
Produk-produk olahan yang menggunakan bahan dasar rotan yang dapat sobat jogjalover temui di sini antara lain :
- furniture seperti sofa, kursi, meja, tempat tidur.
- kerajinan tangan seperti tirai, kap lampu, tikar, sandal dan sepatu.
- bahan dasar atau pelengkap untuk eksterior maupun interior sebagai nuansa dekoratif, digunakan baik dengan mengkombinasikannya bersama material lain ataupun dengan berdiri sendiri.
Produk dari Batu
Kerajinan batu biasanya digunakan untuk hiasan ekterior maupun interior ruangan atau bisa sebagai pelengkap aksesoris sebuah benda.
Secara umum batuan yang dapat digunakan untuk kerajinan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
- Batuan Lava Beku
- Batuan Sedimen
- Batuan Metamorfosis
Batuan Lava Beku
Karakteristik batuan lava beku tergantung dari mana mereka terbentuk. Jauh di dalam perut bumi, magma dipaksa naik melalui batuan beku padat yang berusia lebih tua, kemudian mengalami proses pendinginan alami sehingga membentuk batu granit, batu basal dan batu diorit.
Jenis batu dari batuan lava beku yang sering digunakan sebagai bahan kerajinan batu adalah batu granit. Batu ini terbuat dari kristal kuarsa dan mineral feldspar yang mengandung silika. Biasanya digunakan sebagai bahan untuk dekorasi outdoor karena kaya akan variasi warna.
Batuan Sedimen
Batu ini terbentuk akibat dari proses sedimentasi batuan yang terkena erosi baik oleh angin, hujan dan teriknya sinar matahari. Partikel-partkel yang tererosi akan berkumpul pada sebuah tempat dimana sedimen terakumulasi.
Contoh batuan sedimen yang banyak digunakan sebagai bahan dasar kerajinan batu adalah batu gamping dan batu paras.
Karakter batu gamping mudah diukir sehingga mampu menghasilkan detail yang baik, meskipun batu ini tidak memiliki keindahan dari segi warna. Dikarenakan batu gamping tahan terhadap jenis hujan asam, batu ini sering digunakan sebagai dekorasi outdoor.
Berbeda dengan batu gamping, karakter batu paras lebih keras karena sedimen yang terbentuk dari lapisan pasir yang merekat bersama silika. Hal ini yang membuat peralatan ukir kita lebih cepat aus. Karena kadar silikanya yang tinggi seperti batu granit, penggunaan alat respirator menjadi kewajiban bagi pengrajin jenis batu ini. Butiran halus silika yang terbang dan terhirup dalam jangka waktu lama akan merusak organ pernafasan.
Batuan Metamorfosis
Batuan ini adalah jenis batuan sedimen yang mengalami proses metamorfosis karena terekspos akan panas dan tekanan, kemudian mengalami perubahan kimiawi batuan membentuk material kristal baru. Dalam bahasa sederhananya adalah batu gamping bermetamorfosis menjadi batu marmer, batu pualam dan batu sabun karena proses di atas.
Batu marmer menjadi primadona sebagai bahan kerajinan ukiran. Batu ini memiliki tingkat kesulitan penggarapan yang moderat, mampu dibentuk dalam detail yang sangat baik dan mampu menimbulkan kecemerlangan batuan akibat dari teknik pemolesan yang baik. Hanya saja batu marmer tidak kuat terhadap hujan asam, sehingga lebih cocok digunakan sebagai bahan dekorasi indoor.
Macam Produk Kerajinan dari Batu di Desa Wisata Kasongan
Beberapa hasil kerajinan berbahan dasar batu yang dapat sobat jogjalover temui di desa wisata ini adalah :
- stupa
- air mancur
- bak mandi
- wastafel
- ukiran batu alam
- batu cincin
- dan lain-lain
Produk dari Logam
Seni kriya logam adalah seni kerajinan atau keterampilan untuk membuat suatu barang dengan bahan dasar dari logam menjadi sebuah produk akhir yang memiliki nilai komersil.
Jenis seni dari logam ini pun sudah mulai banyak dikembangkan di Desa Wisata Kasongan, dimana teknik yang digunakan disesuaikan dengan jenis bahan logamnya. Masing-masing bahan memiliki cara perlakuan tersendiri dalam pengolahannya.
Bahan logam yang sering digunakan dalam industri kerajinan logam di sini antara lain :
- aluminium,
- besi,
- seng, dan
- tembaga
Aluminium
Terdapat pada unsur kimia golongan ke-13, dengan lambang “Al” dan memiliki nomer atom 13, logam aluminium adalah salah satu jenis logam paling berlimpah ke tiga di dunia. Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, ringan dan kuat.
Aluminium dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat, diekstruksi menjadi batangan dengan bermacam penampang, sehingga jenis logam ini salah satunya cocok dibuat sebagai kerajinan tangan.
Besi
Logam ini adalah unsur ke empat terbesar pada kerak bumi, masuk dalam golongan ke-8, dengan lambang kimia “Fe“, dan memiliki nomer atom 26. Permukaan besi segar berwarna abu-abu keperakan. Hanya senyawa ini mudah teroksidasi oleh oksigen merubahnya menjadi karat.
Logam besi diketahui telah banyak digunakan sejak zaman purba, memiliki titik lebur rendah dan banyak ditemukan dalam bentuk perkakas rumah tangga atau alat berburu. Pada masa kini banyak ditemukan aneka kerajinan dari besi, bentuk hasil karya yang dapat dijumpai di Desa Wisata Kasongan antara lain lonceng, lampu hias, ukiran besi tempa untuk pagar, aneka miniatur, dan lain sebagainya.
Seng
Seng memiliki lambang kimia “Zn” dengan nomer atom 30, berada pada urutan pertama tabel periodik golongan ke-12. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 pada kerak bumi, sering ditemukan di alam bersama timbal dan bijih sulfida.
Logam ini tahan terhadap korosi dan mudah digunakan. Dalam aplikasinya seng banyak digunakan untuk melindungi besi dan produk yang berbasis baja dari adanya karat. Sifatnya yang ringan juga menjadi pilihan bagi pengrajin untuk membuat hasil karya berbasis seng. Salah satu contoh kerajinan dari jenis logam ini adalah wuwung seng, gembor, lampu dekorasi, loyang kue, piring, gelas dan aneka perkakas dapur.
Tembaga
Bahasa latin dari unsur ini ada Cuprum memiliki lambang “Cu”, berada pada urutan pertama unsur dalam golongan ke-11 dengan nomer atom 29. Logam ini berperan besar dalam sejarah manusia, dan termasuk dalam logam yang pertama kali ditambang. Penemuan tertua dalam sejarah manusia adalah kalung dari tembaga yang dibuat kira-kira 9500SM.
Dari para pengrajin seni, tembaga dimanfaatkan untuk membuat kerajinan seperti miniatur. Hasil karya seperti ini akan banyak dijumpai oleh sobat jogjalover di Desa Wisata Kasongan, mulai dari miniatur tugu, candi, becak, sepeda dan lain sebagainya.
Dari bahan logam yang disebutkan di atas, ada lagi produk olahan dengan menggunakan bahan dasar logam seperti emas, perak, perungu, timah, platina dan monel. Hanya pengrajin dengan jenis bahan-bahan ini berada di daerah lain, misalnya untuk perak ada di Kota Gede Jogjakarta.
Fasilitas di Desa Wisata Kasongan
Jika sobat jogjalover berkunjung ke sini, dan ingin mengeksplore semua jenis kerajinan yang kami jelaskan di atas, ada baiknya kalian menginap untuk 1-2 hari di sini, agar informasi yang di dapat lebih baik dan banyak.
Tidak perlu khawatir jika sobat mau bermalam di desa ini, bermacam fasilitas pendukung tersedia di sini, meliputi :
- Penginapan homestay,
- Tempat kuliner, (Baca : “15 Tempat Kuliner Enak di Desa Wisata Kasongan”)
- Minimarket,
- Aneka jajanan pasar pagi,
- Angkringan,
- Tepat ibadah,
- Fasilitas kesehatan (klinik dan puskesmas),
- Dan tentu saja berjejernya toko-toko kerajinan sepanjang desa wisata ini.
Jika sobat jogjalover ingin mencoba belajar membuat kerajinan dari gerabah, di sini juga disediakan pelatihannya. Banyak sudah dari pelajar, mahasiswa dari berbagai daerah, bahkan wisatawan mancanegara datang ke Desa Wisata Kasongan ini untuk menimba ilmu mempelajari membuat gerabah.
Lokasi Desa Wisata Kasongan
Untuk dapat mencapai lokasi desa ini, jika kalian mengawalinya dari tengah Kota Jogja di titik NOL (0) KM, jarak tempuhnya kira-kira 7km ke arah selatan dengan waktu tempuh antara 20-25 menit pada lalulintas normal.
Saat sobat jogjalover tiba di sini, kalian akan disambut oleh Gapura Gerbang Kawasan Industri Grabah Kasongan, berupa garupa dengan tokoh Butho Cakil ditengahnya dan diapit dua kuda dikanan dan kirinya yang berdiri kokoh tepat sebelum kita memasuki desa ini.
Untuk liputan singkat tentang Desa Wisata Kasongan dapat sobat jogjalover ikuti dari channel youtube Visit My Jogja di bawah ini👇
written and published by Budiarjo Mahameru Dusun Tirto RT.007, Kelurahan Bangunjiwo Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul DI. Yogyakarta, Indonesia Kode Pos 55184 Email : budiarjogja@gmail.com ☎️ 08211-4040-233