Halo sobat traveller, apakabar? Semoga selalu sehat, bahagia, sejahtera dan banyak kemudahan ya…aamiin3x 🤲 . Selamat datang di blog yang akan mengulas tentang Jogja, baik tentang destinasi wisata, wisata kuliner, akomodasi sampai ke oleh-oleh, welcome to Visit My Jogja.
Jogja…ya Jogja. Siapa yang gak kenal dan gak tahu Kota Jogja. Kota dengan banyak julukan. Kota yang selalu menjadi destinasi bagi setiap orang, kota tujuan bagi setiap pelajar, surga bagi para traveller, bagi pebisnis, dan bagi mereka yang merencanakan masa tua di kota ini.
Jogja memang bagai magnet buat semua orang, gak aneh bagi mereka yang pernah datang entah untuk berwisata, belajar, bekerja atau mengunjungi sanak famili akan kangen dan ingin berkunjung lagi ke sini.
Jika ingin ditelusuri apa saja yang menjadi daya tarik, setiap orang pasti memiliki definisinya sendiri-sendiri. Tapi yang jelas Jogja bukan hanya merupakan sebuah kota. Jogja merupakan sebuah falsafah. Jogja merupakan cerminan masyarakat Indonesia berbudaya. Dan Jogja adalah hatinya bangsa ini.
Maka tak heran jika Jogja mendapatkan sebuah julukan dalam dunia internasional…”Jogja Never Ending Asia“
Blog Visit My Jogja akan mencoba memberikan segala informasi tentang Jogja, baik destinasi wisata, tempat ngopi yang asik, kuliner yang unik, berbagai informasi akomodasi yang bisa sobat jogjalover ketahui sampai dengan tempat oleh-olehnya.
Destinasinya Visit My Jogja
Berbicara tentang destinasi atau tempat tujuan wisata di Jogja gak akan ada habisnya. Selalu saja ada tempat baru yang muncul yang wajib di explore. Ironinya…tempat-tempat lama juga selalu bikin kangen untuk dikunjungi lagi. Jadi gak akan habis kan…😅
Beberapa yang menjadi ikon Jogja akan saya sedikit ulas disini, seperti Tugu Jogja, Titik NOL KM dan Jalan Malioboro. Tapi untuk detail setiap tempat destinasi akan saya ulas secara lebih banyak, detail dan mendalam pada menu destinasi di blog ini. Begitu juga dengan tempat kuliner dan oleh-oleh yang gak bisa untuk dilewati.
Blog Visit My Jogja dapat menjadi referensi bagi semua orang yang ingin lebih mengetahui tentang Jogja. Blog ini mencoba mengupas secara jelas, gamblang dan lugas setiap sudut kota, budaya, kultur dan kulinernya.
Tugu Jogja
Tugu Jogja adalah simbol ciri khas Kota Jogja, terletak di perempatan antara Jl. Pangeran Mangkubumi, Jl. Jendral Sudirman, Jl. AM. Sangaji dan Jl. Diponegoro. Tugu Jogja sudah mengalami beberapakali pemugaran, perubahan dan peremajaan sejak pertamakali dibuat.
Tempat ini menjadi salah satu pusat titik temu dan titik kumpul masyarakat. Sehingga tak heran kalo tempat ini menjadi ajang selfie dan ajang tempat foto yang menarik.
Sejarah Tugu Jogja
Dahulu kala Tugu Jogja bernama Tugu Golong Gilig dengan ketinggian mencapai 25 meter dengan bentuk cendrung kerucut dengan pola pejal diujungnya. Golong artinya bola pejal, dan gilig artinya bangunan berbentuk silinder
Tugu Golong Gilig juga dikenal dahulu dengan nama Pal Putih, didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubowono I pada tahun 1755 silam. Fungsi tugu ini berisi pesan Sultan yang ditujukan kepada keluarga dalem, abdi dalem dan rakyat biasa, agar selalu menjunjung semangat kebersamaan, dan selalu menjunjung martabat sebagai manusia.
Runtuh Karena Gempa
Pada tahun 1867 Jogja dilanda gempa besar yang mengakibatkan Tugu Golong Gilig setinggi 25 meter yang sudah berusia 1 abad lebih itu runtuh dan hancur.
Oleh Pemerintah Belanda yang saat itu sudah menduduki Yogyakarta, diinisiatif untuk dibangun kembali hanya dengan bentuk yang 100% berbeda.
Bentuk baru Tugu Pal Putih yang dibuat Belanda memiliki ukuran yang jauh lebih pendek. Tingginya hanya 15 meter, dengan bentuk persegipanjang di bagian bawahnya dan atas dibentuk meruncing.
Tujuan dirubahnya bentuk Tugu Golong Gilig ini adalah untuk memecah belah persatuan antara Keraton Jogja dengan Kerajaan Mataram.
Belanda kemudian mengistruksikan Patih Dalem Raden Adipati Danurejo ke-5 untuk mengawasi proses pembangunan tugu dengan bentuk barunya.
Tugu baru Jogja itu akhirnya selesai dan diresmikan kembali oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada tanggal 03-10-1889 dengan nama barunya “De Wiit Paal” yang dalam Bahasa Indonesia berarti Pal Putih.
Walau bentuknya berubah total, dengan tujuan memecah belah, tetapi masyarakat setempat tetap lekat dengan sejarah dan tujuan awal dari tugu ini. Masyarakat Jogja tetap menjaga kebersamaan, dan selalu menjunjung tinggi martabat diri.
Pal Putih
Jika diamati, pada bagian tengah Tugu Pal Putih terdapat simbol bintang enam dengan makna sebagai simbol penyatuan antara pihak pencipta dengan manunggaling kawulo gusti.
Memang pada Tugu Pal Putih kaya akan simbol dan penggunaan aksara jawa yang menjadi ciri khas dari Kota Jogja.
Ujung tugu ini berbentuk runcing seperti tanduk unicorn. Banyak yang mengartikan tanduk unicorn ini sebagai penunjuk garis imaginer yang menghubungkan kekuatan magis dari puncak merapi, Tugu Pal Putih, Keraton, Kandang Menjangan dan penguasa laut selatan dengan penguasa jagad ini yaitu Sang Pencipta.
Walau diawal pemugaran Golong Gilig dengan merubah total bentuknya bertujuan untuk memecah belah, tapi justru keberadaan Tugu Pal Putih tetap menjadi simbol pemersatu elemen Jogja, mulai dari raja, keluarga dalem (kerajaan), abdi dalem dan masyarakat Jogja.
Saat ini sebagai salah satu ikon utama Kota Jogja, Tugu Pal Putih ini adalah menjadi salah satu tempat wajib untuk berselfie ria. Sudah menjadi ketentuan jika berkunjung ke Jogja tidak datang dan selfie di sini namanya belum sampai ke Jogja.
Jalan Malioboro
Siapa yang gak tahu Jalan Malioboronya Jogja. Dari generasi old jaman simbah-simbah kita dulu, sampai anak jaman milenial sekarang semua tahu Malioboro. Jalan ini menjadi ikon tersendiri buat Kota Jogja.
Malioboro terletak sangat strategis, yaitu antara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Tugu Pal Putih. Bagi sebagian besar wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, Malioboro adalah sebuah surga. Berbagai aktivitas dapat kita jumpai di sini, baik kegiatan berbelanja, kuliner, maupun kesenian. Denyut aktivitas perdagangan sangat terasa di sini.
Sejarah Jalan Malioboro
Latar belakang sejarah terbentuknya jalan ini sangatlah menarik dan mengesankan. Jalan Malioboro dinamai bertepatan dengan pendirian Keraton Jogja.
Dalam bahasa sansekerta, kata malioboro bermakna “Karangan Bunga”. Hal ini diperkuat dari informasi sejarah yaitu saat keraton berdiri, dan mengadakan perayaan, sepanjang jalan ini dipenuhi dengan berbagai macam bunga.
Uniknya saat masa itu ada seorang berkebangsaan Inggris yang tinggal di sana, sekitar tahun 1811-1816 Masehi, bernama “Marlborough”, sehingga keberadaan dan kebetulan penamaan jalan ini dikait-kaitkan dengan Mr. Marlbourough.
Kesempurnaan nama Malioboro juga terjadi dengan “dulu” adanya papan iklan rokok Marlboro yang jelas dan terpampang di ujung utara jalan ini, letalnya disebuah bangunan selatan perlintasan kereta api, di sebelah barat jalan (bangunan menghadap ke timur).
Dalam sebuah buku karangan Peter Carey yang berjudul “Asal-Usul Nama Yogyakarta dan Malioboro“, beliau menuliskan bahwa jalan raya ini (Jalan Malioboro) dibangun dan digunakan untuk tujuan seremonial tertentu jauh sebelum orang-orang Inggris datang. Dan sesuai artinya dan peruntukannya, jalan ini adalah jalan yang berhiaskan untaian bunga.
Argumentasi ini bukannya tanpa dasar, karena jika ditilik dari bahasa sansekerta dan kebudayaan India, jalan-jalan kerajaan pada perayaan tertentu akan dihiasi dengan untaian bunga-bunga atau disebut malyabhara. Dari sinilah kemungkinan serapan itu didapat.
Letak dan Posisi Malioboro
Keberadaan Jalan Malioboro tidak lepas dari konsep Kota Jogja yang ditata membujur dari utara ke selatan bersamaan dengan jalan-jalan lain yang mengikuti konsep mata angin timur-barat. Sehingga saat sobat traveller bertanya arah oleh penduduk sana, sudah pasti akan diberikan informasi dengan arah mata angin.
Bentangan Jalan Malioboro dari utara ke selatan seakan-akan menghubungkan langsung antara Tugu Pal Putih Jogja dengan Keraton. Garis ini merupakan garis imaginer yang penuh mistis bagi masyarakat Jogja. Dimana jika garis lurus ini diteruskan ke arah utara akan bertemu dengan puncak Gunung Merapi, dan jika ditarik lurus ke selatan akan bertemu dengan Kandang Menjangan bahkan sampai dengan tempat peraduannya Kanjeng Gusti Nyi Roro Kidul di Pantai Selatan.
Malioboro Dalam Deyut Ekonomi
Malioboro bisa dibilang sebuah jalan yang tidak pernah tidur. Kehidupan di jalan ini seperti tidak ada habisnya dan tidak kenal lelah, terus berdenyut 24 jam. Dari ujung utara sampai dengan ke Titik NOL KM terpampang banyak kegiatan, tempat berjualan (dari yang tradisional sampai modern), dan gedung-gedung bersejarah.
Ada suatu waktu Jalan Malioboro akan ditutup untuk kendaraan bermotor dikarenakan akan ada pentas seni, misal pagelaran prajurit keraton, pentas seni atau kegiatan flashmob.
Malioboro adalah tempat surganya orang belanja. Di sini pedagang menggelar aneka dagangannya dari ujung utara sampai selatan, baik di sisi barat maupun timur, entah di emperan toko maupun di dalam toko/gedung. Semua serba ada, semua komplit.
Untuk kuliner di sini adalah pusatnya, dan yang terkenal adalah gudeg lesehan di sepanjang Jalan Malioboro. Menikmati masakan khas kota ini sambil sesekali ditemani oleh mereka para pengamen jalanan dengan kualitas suara yang kadang membuat kita berdecak kagum. Tim Visit My Jogja akan memberikan banyak informasi dari tempat kuliner rekomended buat sobat jogjalover.
Gedung bersejarah pun gak kalah serunya di Jalan Malioboro ini. Jika diurut dari utara sampai selatan ada Stasiun Kereta Api Tugu, Hotel Tugu, Hotel Inna Garuda, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vrederburg, Museum Serangan Umum 11 Maret, Gedung Tua Bank BNI dan Gedung Bank Indonesia.
Amat sangat banyak destinasi wisata yang dapat sobat jogjalover explore di sini, maka kami mengkategorikannya menjadi beberapa wilayah meliputi Kota Jogja, Bantul, Sleman, Kulonprogo dan Gunung Kidul.
Untuk lengkapnya destinasi wisata yang dapat sobat jogjalover telusuri, silahkan klik linknya di sini👉 “DESTINASI JOGJA“
Kulinernya Visit My Jogja
Wah…buat ngebahas yang satu ini kaya-kayanya gak pernah selesai ya sobat jogjalover. Amat sangat banyak banget tempat kuliner yang bisa dibahas. Tapi gak masalah, kami dari Visit My Jogja akan mencoba menyajikannya secara berbeda.
Tema kuliner di sini kami akan membaginya menjadi kategori kuliner tradisional, kuliner non-tradisional dan kopi & cafe.
Untuk detail masing-masing ulasan tentang kuliner, sobat jogjalover bisa membacanya dengan meng-klik link berikut 👉 “KULINER JOGJA“
Oleh-olehnya Visit My Jogja
Oleh-oleh dari Jogja…wow siapa yang gak pengen, semua pasti pengen, dan semua pasti pada titip kalo ada sobat jogjalover yang lagi berkunjung ke Jogja. Pertanyaan “mana oleh-olehnya yang dari Jogja?” itu kerap keluar dari rekan dan sahabat saat kita kembali dari liburan di Jogja.
Untuk urusan oleh-oleh banyak sekali yang bisa kita ulas. Tim Visit My Jogja akan mencoba membahasnya satu demi satu, dari oleh-oleh jenis makanan, sandangan atau merchandise.
Info lengkap seputar oleh-oleh akan kami ulas pada link berikut 👉 “OLEH-OLEH JOGJA“
Kiranya sekian introducing dari kami Visit My Jogja, semoga semua ulasan dan artikel yang kami sajikan dalam blog ini dapat menambah referensi dari sobat jogjalover, sekaligus makin menambah kecintaan akan Kota Jogja.
Mari selalu kita jaga keasrian, kearifan, keramahan, kenyamanan dan kebersihan dari Kota Jogja yang kita cintai ini.
Welcome to Visit My Jogja…🙏
Budiarjo Mahameru Dusun Tirto RT.007, Kelurahan Bangunjiwo Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul DI. Yogyakarta, Indonesia Kode Pos 55184 Email : budiarjogja@gmail.com ☎️ 08211-4040-233