Jika berkunjung ke kota satu ini, maka wisata Jogja tidak akan pernah habis untuk ditelusuri, mulai dari sejarah, budaya, destinasi wisata, beragam kuliner yang wajib dicicipi, sampai dengan berburu buah tangan untuk oleh-oleh.
Kami dari tim Visit My Jogja akan mencoba menghadirkan informasi yang berbeda dengan mencoba mengulasnya satu persatu, sehingga blog ini dapat menyajikan informasi yang akurat, lengkap dan terpercaya.
Semua tempat wisata di sini sangat menarik untuk diulas. Ketertarikan penulis mengulasnya adalah karena Jogja itu istimewa. Nah supaya tidak penasaran kami akan mencoba menelisik sejarah dari keistimewaan Kota Jogja.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
DIY adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi yang merupakan bagian dari Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan Jogja.
DIY dibagi menjadi 5 wilayah yang terdiri dari Kota Yogyakarta dan 4 Kabupaten, yaitu :
- Kodya Yogyakarta
- Kabupaten Bantul
- Kabupaten Sleman
- Kabupaten Kulonprogo
- Kabupaten Gunung Kidul
Keistimewaan DIY
Julukan “Istimewa” sepertinya memang sangat cocok untuk Jogja. Selain istimewa karena memiliki status otonomi khusus, Jogja juga memiliki keistimewaan lain, yaitu dari aspek politik, geografis, budaya, tradisi, keragaman alam dan keistimewaan lainnya yang hanya dapat dirasakan jika Anda mengunjungi Jogja.
Terlepas dari keistimewaan tersebut, karakter penduduk Jogja yang ramah, juga memberikan nilai keistimewaan tersendiri.
Istimewa dari Aspek Otonomi Khusus
Status keistimewaan Jogja tidak terlepas dari sejarah pada masa lalu, baik pada zaman perjuangan melawan kolonial Belanda, penjajahan Jepang, maupun pada zaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Sebelum menyatakan diri bergabung dengan Negara Republik Indonesia, di Yogyakarta terdapat 2 kerajaan yaitu :
- Kasultanan yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi (1755) dan
- Kadipaten Pakualaman yang didirikan oleh Pangeran Notokusumo (1813).
Kedua kerajaan tersebut memiliki sejarah dan sistem pemerintahan masing-masing.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang saat itu memimpin wilayah Kasultanan dan Sri Paku Alam VIII yang memimpin wilayah Pakualaman, mengirimkan surat kepada Presiden Soekarno menyatakan penggabungan kedua wilayah tersebut menjadi bagian wilayah negara Indonesia.
Menindaklanjuti penggabungan kedua wilayah tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan amanat bahwa, wilayah Kasultanan dan Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari negara RI.
Sebagai akibatnya untuk pelaksanaan pemerintahan di Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.
Sejak saat itu Yogyakarta memiliki otonomi khusus yang dilaksanakan oleh Sultan dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.
Namun demikian, baik Kasultanan maupun Pakualam tetap memainkan peranan penting dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat jawa yang merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.
Istimewa dari Aspek Geografis
Jogja yang terletak di bagian selatan pulau Jawa, dengan luas wilayah sekitar 3.185 km2, secara geografis memiliki perbatasan :
- Sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia, dengan garis pantai sepanjang 110 Km,
- Sebelah Utara dengan Gunung Merapi yang menjulang dengan ketinggian 2.968 m,
- Sebelah Barat dengan Sungai Progo, dan
- Sebelah Timur dengan Sungai Opak.
Keistimewaan geografis DIY digambarkan oleh penataan pusat Kota Yogyakarta yang didasarkan pada filosofi Sumbu Imajiner.
Sumbu ini terbentang membentuk garis lurus yang menghubungkan Laut Selatan (Samudera Hindia) dengan Gunung Merapi di utara.
Laut Selatan menggambarkan simbol “air”, dan Gunung Merapi melambangkan simbol “api”. Kedua simbol ini adalah simbol “keseimbangan”.
Garis imajiner tersebut berpusat di Keraton Yogyakarta, yang terletak tepat di tengah keduanya. Dan pada sumbu filosofi tersebut terdapat Panggung krapyak di sebelah selatan Keraton dan Tugu Golong Gilig di sebelah utara Keraton.
Arti sumbu filosofis dari Panggung Krapyak ke Keraton sampai dengan Tugu Golong Gilig, melambangkan keseimbangan hubungan semesta, hubungan baik manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, maupun manusia dengan alam.
Istimewa dari Aspek Budaya dan Tradisi
Yogyakarta dikenal sebagai salah satu provinsi yang masih kental dengan tradisi budaya jawanya.
Hal tersebut tidak lepas dari kedudukan Keraton yang masih mempraktekkan tradisi turun-temurun, baik melalui upacara adat maupun dalam kehidupan sehari hari.
Upacara adat ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Jogja.
Selain tradisi kesultanan, keraton juga secara rutin menggelar upacara adat yang melibatkan masyarakat secara luas. Beberapa upacara adat tersebut antara lain :
- Upacara Sekaten : upacara untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW,
- Grebeg Muludan : puncak acara sekaligus penutupan dari Sekaten, dan
- Siraman Pusaka : upacara yang dilakukan untuk membersihkan benda benda pusaka di Keraton.
Tradisi unik lain yang juga masih dipertahankan adalah keberadaan “Abdi Dalem” dan “Bregodo”. Abdi Dalem adalah pelayan keluarga kerajaan, dan Bregodo adalah pasukan khusus Keraton.
Abdi Dalem dan Bregodo ini merupakan bentuk kebanggaan pengabdian masyarakat Jogja terhadap kesultanan.
Istimewa dari Aspek Keragaman Alam
Setiap wilayah DIY memiliki keunikan dan pesona alam masing-masing sebagai daya tarik wisata Jogja. Wilayah utara DIY yang meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul, membentang luas dalam kesatuan fisiografi Gunung Api Merapi.
Fisiologis ini mulai dari kerucut hingga dataran fluvial gunung api. Di wilayah inilah pesona dan keanggunan Gunung Merapi yang memiliki karakter khusus menjadi daya tarik baik sebagai objek penelitian, pendidikan dan tentu saja pariwisata.
Selain pesona Gunung Merapi, terdapat satuan pegunungan Selatan yang terletak di wilayah Gunung Kidul. Kawasan ini merupakan perbukitan batu gamping dan karst yang tandus.
Di wilayah ini, banyak ditemukan goa-goa alam dan sungai bawah tanah yang mengalir. Perpaduan pegunungan dengan garis pantai Laut Selatan menyajikan pemandangan pantai yang menakjubkan.
Sedangkan di sisi bagian Barat, ada pegunungan Kulonprogo yang merupakan bentangan alam perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam.
Bentangan pegunungan di Kulonprogo berlanjut ke Pegunungan Menoreh yang sangat anggun. Dan dari titik-titik tertentu di wilayah Kulonprogo, terlihat pemandangan menakjubkan yang mempesona.
Satuan dataran rendah DIY membentang di bagian selatan DIY mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang merupakan daerah subur. Termasuk dalam wilayah ini kawasan pantai yang merupakan bagian dari Laut Selatan dengan karakteristik gelombang yang tinggi dan memiliki banyak palung.
Kota Pelajar dan Kota Budaya
DIY juga dikenal sebagai Kota Pelajar. Hal ini karena DIY memiliki banyak sekolah maupun perguruan tinggi dengan kualitas yang sudah terjamin. Sejak dulu, banyak pelajar dari berbagai provinsi di Indonesia, datang ke DIY untuk menimba ilmu. Universitas Gadjah Mada (UGM) tercatat selalu menduduki peringkat atas pada daftar perguruna terbaik tingkat Nasional maupun Asia.
Sebagai destinasi archaeotourism yang terkenal, DIY juga merupakan surga untuk menjelajahi candi – candi kuno yang merupakan peninggalan dan saksi bisu peradaban masa lampau. Meskipun candi – candi tersebut tidak termasuk dalam wilayah DIY, tetapi mudah dijangkau dari DIY.
Dengan keistimewaan yang dimiliki DIY, wajar jika kota ini menjadi tujuan dari wisatawan baik domestik maupun mancanegara. DIY mudah dijangkau dengan berbagai moda transportasi baik darat maupun udara.
Jadi, tunggu apalagi untuk wisata di Jogja?
Monggo pinarak ing Jogja…